Berbincang dengan Jemaah Haji Malaysia Berbahasa Jawa
Dream - Sholat Subuh di Masjid Nabawi baru saja usai. Beberapa jemaah meninggalkan masjid. Mereka memilih tidak ikut sholat jenazah yang setiap hari digelar.
Pagi ini, Selasa 17 Juli 2018, beberapa jemaah tinggal di dalam masjid. Mereka mengisi waktu dengan duduk bersila dan membaca Alquran. Sementara sebagian lainnya menuju Babussalam, pintu yang menghubungkan Masjid Nabawi dengan Raudhah dan Makam Rasulullah.
Berhubung jemaah yang mengantre banyak, saya bersama beberapa kawan memutuskan kembali ke Kantor Misi Haji Indonesia di Al Masani, Madinah. Belum sempat melangkah jauh, seorang teman yang sedang mengaji di gerbang Masjid Nabawi menahan saya.
Dia mengajak saya dan kawan lain berbincang. Sejurus, kami merancang perjalanan ke Makam Baqi, komplek pemakaman berlokasi di timur Masjid Nabawi. Komplek ini cukup terkenal karena banyak sahabat dekat Rasulullah Muhammad SAW dimakamkan di sini.
Belum juga sempat terlaksana, rencana kami terpaksa tertunda sejenak. Dua pria Melayu datang menghampiri. Bergamis dan berkopiah putih, mereka menawarkan diri untuk berkenalan. "Assalamu 'alaikum," pria bergamis hijau-kuning menyapa kami.
Dengan senyum merekah, dia dan rekannya yang bergamis abu-abu menyalami kami. Mereka kemudian memperkenalkan nama, Samuri dan Rustam.
Saya cukup kaget begitu terlibat perbincangan dengan mereka. Sebab, mereka menggunakan bahasa Jawa yang cukup fasih. Sebab, seharusnya jemaah haji Indonesia baru tiba sore ini, sehingga saya berpikir pasti belum ada jemaah dari Tanah Air.
"Kulo saking Ponorogo (Saya dari Ponorogo)," kata Samuri.
"Kulo keturunan Ponorogo, embah Ponorogo, tapi, saking Malaysia (Saya keturunan Ponorogo, kakek dari Ponorogo, tapi dari Malaysia)," ucap Samuri.
Samuri dan Rustam tiba di Madinah pada 14 Juli 2018. Mereka ke Tanah Suci dalam rangkaian ibadah haji.
Samuri bercerita dia adalah salah satu keturunan orang-orang Jawa yang hijrah ke Malaysia. Pria yang lahir pada 1977 merupakan generasi ke dua perantau suku Jawa yang menetap di Johor dan Selangor.
"Sekitar 90 persen warga sana (Johor dan Selangor) wong Njowo," kata Samsuri.
Samuri tinggal di Selangor. Cukup lama dia tinggal di sana. Bahkan kini, cucu-cucunya mulai tak bisa berbahasa Jawa. "Tapi, kalau diajak berbicara ngerti," ujar Rustam.
Sinar surya mulai menyingsing. Seorang kawan segera mengajak ke Makam Baqi untuk berziarah.
Dengan senyum merekah, Samuri dan Rustam pergi meninggalkan kami. Rombongan kami saling memunggungi.
Ibadah haji akan mempertemukan sekitar dua juta umat Islam di seluruh dunia di Tanah Suci. Mereka memiliki latar belakang budaya, suku, dan ras yang tentu berbeda.
Pertemuan saya dengan Samsuri dan Rustam hanya sekeping kisah yang mungkin akan dialami jemaah haji lainnya.
Cobain For You Page (FYP) Yang kamu suka ada di sini,
lihat isinya
Selain kuota haji yang semakin banyak, terdapat peningkatan layanan haji lainnya.
Baca SelengkapnyaAkan ada dua gelombang keberangkatan jemaah menuju Tanah Suci
Baca SelengkapnyaBerdasarkan data Direktorat Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umroh, jemaah haji dengan usia 86-95 tahun tercatat sebanyak 1.885 orang.
Baca Selengkapnyavideo untuk kamu.
Pemerintah telah menemukan lokasi pengganti yaitu di sekitar tenda jemaah haji Asia Tenggara.
Baca SelengkapnyaBanyak calon jemaah haji lansia, Menko PMK rencanakan haji dibatasi satu kali mempersingkat antrean.
Baca SelengkapnyaKementerian menekankan bahwa perubahan ini bertujuan untuk mengelola arus masuk dan aktivitas jemaah haji dengan lebih baik, menjelang dan selama musim haji.
Baca SelengkapnyaMemberi makan orang yang sedang berpuasa untuk persiapan berbuka adalah salah satu amal mulia.
Baca SelengkapnyaSaking pentingnya berdoa, hampir di setiap aktivitas memiliki doanya masing-masing.
Baca Selengkapnya